Self Therapy with NLP
Apa itu NLP?
– Bagaimana NLP bisa digunakan untuk menerapi diri sendiri?
– Sejauh apa efektivitas NLP dalam self therapy?
– Permasalahan diri apa saja yang bisa diselesaikan melalui NLP?
– Teknik NLP apa yang powerfull untuk self therapy?
Ingin tahu? Mari kita bahas satu per satu.
Menurut teman2 apa itu NLP? Pengertiannya, bukan kepanjangannya.
Banyak sekali orang memberikan pengertian tentang NLP, tapi jika melihat dari sejarahnya NLP awalnya hasil dari bentuk memodel keterampilan 4 tokoh besar yaitu Virginia Satir (psikoterapis), Milton Erickson (hipnotis), Fritz Pearls (sosiolog), Gregory Bateson (Antropolog). Dilakukan oleh Richard Bandler (Computer Programming) dan John Grinder (Prof. Linguistic). Memodel itu mudahnya meniru dan membuat rumusan atau formula atas yang ditiru lalu mengaplikasikan ke diri sendiri. Itulah yang dilakukan oleh Richard Bandler dan John Grinder pada 4 tokoh dunia itu.
Dengan memodel ternyata terjadi percepatan dalam mendapatkan satu keterampilan tertentu. Contoh paling gampang dipahami dalam aktivitas sehari-hari yaitu belajar memasak. Cara belajar non modeling:
- Pahami teori memasak
- lisensi avast secureline vpn
- Belajar bumbu-bumbunya
- Pahami teori-teori teknik memasaknya
- dll.
Ternyata cara non modeling itu sangat lama dan merepotkan. Paling gampang, dengan modeling:
- Cari orang yang jago masak
- Amati saat dia memasak dari awal sampai selesai
- Susun formulanya
- Ulangi berdasarkan formula yang sudah kita buat
Ulangi beberapa kali lalu minta feed back pada ahlinya. Tentu lebih simple bukan?
NLP: Neuro Linguistic Programming
Neuro sederhananya adalah cara berpikir. Cara mengambil informasi dari dunia luar, cara memfilternya, cara memproses informasi, cara memproduksi tindakan, dan lain-lain. Dalam ‘neuro’ terdapat berbagai hal yang menjadi referensi kita berpikir dan bertindak, yang disebut Peta Realita dan Model Dunia. Keduanya berdasarkan apa yang pernah kita pelajari dan ketahui sepanjang hidup, karena itu bersifat subyektif. Dengan merubah cara berpikir atau cara kita memproses informasi, memperluas peta realita, memperkaya model dunia, kita pun merubah perilaku dan merubah hasil kita.
Linguistic adalah bahasa. Cara memproses bahasa yang kita inderakan, dan bahasa yang kita pakai baik secara internal (inner talk) atau eksternal (berbicara). Bahasa mempengaruhi pikiran, dan bahasa dipengaruhi cara berpikir. Merubah cara kita memproses bahasa dan berbahasa, kita pun merubah tindakan kita, dan merubah pula hasil kita.
Programming adalah berbagai program atau strategi kita dalam berpikir dan berperilaku. Ini adalah tahapan-tahapan kita dalam berpikir dan bertindak. Ada strategi yang efektif ada yang tidak. Perubahan hasil sangat tergantung dari program atau strategi kita. Rubah strategi, rubah hasil.
Singkatnya NLP adalah studi terhadap Struktur Internal seseorang secara subjektif. Struktur Internal dalam kaitan pembahasan kali ini disebut dengan sistem representasi atau modalitas, yaitu VAKOG. Kenapa dibilang subjektif? Karena setiap orang pasti berbeda-beda (sangat subjektif).
V = Visual
A = Auditory
K = Kinestetik
O = Olfactory
G = Gustatory
Contoh sederhana, ketika saya tunjukkan gelas berisi air setengahnya dan saya bertanya “setengah isi?” atau “setengah kosong?”. Tiap orang akan beda-beda jawabnya, padahal kontennya sama, tapi cara menyerap informasi (filtering), dan cara memaknainya berbeda.
Hal ini banyak saya bahas terkait contoh ini di buku saya “Menyibak Rahasia Dunia Kecil Dalam Pikiran”, silahkan dibaca lagi. Kalo belum punya beli yaa..hehehe
Lalu, bagaimana NLP bisa digunakan untuk menerapi diri sendiri? Disini pokok bahasannya. Sebelumnya kita sudah pahami dua hal yang sangat esensi terkait tentang NLP, yaitu:
- Struktur Internal (VAKOG)
- Subjektif
Kita gunakan ini untuk self transformasi pada diri kita. Sekarang saya minta partisipasinya ya, saya akan mengajukan satu tugas sederhana yang harus dilakukan. Coba Anda lakukan dan nikmati sesaat pengalaman ini.
“Bayangkan pengalaman yang paling indah dalam hidup Anda”
Lalu jawab pertanyaan-pertanyaan sederhana berikut ini:
Visual: Gambarnya muncul atau tidak? Jika muncul, apakah:
– Gambarnya besar atau kecil?
– Gambarnya berwarna atau hitam putih?
– Gambarnya berderak atau diam?
– Lokasi gambarnya ada dimana, di depan atau di belakang atau di mana?
Auditori: Ada muncul suara atau tidak? Jika muncul, apakah:
– Suaranya, volumenya keras atau pelan?
– Nadanya tinggi atau rendah?
– Lokasi suaranya ada dimana, di depan atau di belakang atau di mana?
Kinestetik: Ada muncul sensasi-sensasi fisik pada sekitar tubuh Anda atau tidak? Jika muncul, apakah:
– Lokasi sensasinya terfokus di satu titik, di beberapa titik (dimana) atau menyebar di seluruh tubuh?
– Ada muncul gerakan2 sensasinya searah jarum jam, atau berlawanan atau berantakan (tidak beraturan)
Mari kita perhatikan bersama-sama. Perasaan yang ingin dimunculkan sama, yaitu “Bahagia”, tapi dari jawaban masing-masing pasti tidak ada yang sama persis semua kan? Kenapa bisa berbeda-beda? Karena ini adalah pengalaman subjektif setiap orang tidak akan pernah sama.
Banyak dari kita berkata, “saya ingin bahagia” cuma tidak tahu caranya bahagia, banyak yang ingin lepas dari kebiasaan tertentu, tapi tidak tahu caranya. Banyak yang ingin menghilangkan dendam, tapi tidak tahu caranya. Banyak yang ingin move on dari masa lalu, tapi tidak tahu caranya. Banyak yang ingin lepas dari trauma atau phobia atau kecemasan, tapi tidak tahu caranya, dan seterusnya.
Kenapa begitu sulit? Karena fokus pada reaksinya, ketakutannya, sakit hatinya, dll dan justru diulang-ulang. Bukannya hilang, tapi malah semakin kuat. Misal, ketika Anda disakiti oleh orang lain lalu upload di Fb, curhat ke banyak orang dan bukan pada orang yang tepat, ketika Anda mendapat empati maka rasa sakit hati Anda telah terpupuk makin kuat. Itu tidak mengubah struktur internalnya, tapi memperkuat struktur internal “sakit hati”, seharusnya justru kita ubah menjadi struktur internal bahagia dengan memberi pemaknaan lain.
Ubah pertanyaan pada diri sendiri.
Misalkan “Kenapa saya gagal?” diganti dg “Apa yang harus saya lakukan agar berhasil?”
“Kenapa dia menyakiti hati saya?” diganti dg “Apa yang harus saya lakukan agar saya lebih baik dari dia yang telah menyakiti saya?” Dan seterusnya.
Mendadak dengan mengganti pertanyaan itu pada diri sendiri akan mengubah struktur internal dalam pikiran kita, karena mendadak fokusnya berubah.
Jadi NLP bisa digunakan untuk menerapi diri sendiri ketika kita bisa memformulasikan struktur internal dan memodifikasinya sesuai kebutuhan. Istilah dalam NLP adalah memperkuat/melemahkan modality (VAKOG) sesuai kepentingan. Itu yang disebut dengan Sub Modality Driver. Dengan sub modality inilah struktur internal pikiran akan berubah sesuai arah yang kita kehendaki.
NLP mengajarkan cara menerapi kepada diri sendiri dengan tidak bertanya, “Mengapa hal ini bisa terjadi?”/”Mengapa ini aku alami?”/”Mengapa dia menyakiti saya?”/”Mengapa aku gagal?” dan semua pertanyaan sejenis. Tetapi lebih NLP mengajarkan fokus pada pertanyaan “Apa yang harus aku lakukan agar semua ini bisa menjadi lebih baik?”
Energi dan motivasi mengalir ke arah mana fokus Anda arahkan. Merubah cara bertanya akan merubah arah fokus Anda. Dalam NLP dikenal istilah State atau biasa diartikan sebagai mood, sikap mental dan kondisi tertentu.Contoh state: senang, marah, sedih, senang, tidak percaya diri, dll. Therapy NLP bertujuan untuk mengubah Present State menuju Desire State dengan Memodifikasi Struktur Internal pada diri kita.
Nah, sekarang kita coba teknik self therapy, step by step:
- Pilih state “negatif” yang ingin diubah (misalkan marah)
- Formulasikan Struktur Internalnya (lalu dicatat)