Rapport, Jembatan Emas dalam Membangun Komunikasi
Bagi orang yang telah mempelajari teknik-teknik komunikasi berbasis NLP dan Hypnosis, kata Rapport bukan hal yang asing lagi. Bahkan kalo boleh saya mengatakan bahwa kunci keberhasilan dari semua teknik NLP dan Hypnosis dalam implementasinya wajib diawali dengan membangun Rapport dengan klien.
Membangun Rapport bisa dianalogikan seperti membangun jembatan, ketika kita ingin berkomunikasi dengan baik kepada seseorang, kita perlu pastikan bahwa jembatan informasinya sudah terbentuk, agar setiap informasi yang diberikan dapat berjalan lancar masuk kepada lawan bicara.
Dalam membangun rapport, tujuan yang dicari adalah membangun koneksi atau jembatan antara pikiran bawah sadar (Subconscious) komunikan dan komunikator, sehingga setiap informasi yang dikirim diterima baik oleh pikiran bawah sadar lawan bicara.
Rapport dapat dilakukan dengan cara yang cukup mudah, yaitu dengan cara PACING dan kemudian LEADING.
Dalam NLP Pacing diartikan dengan “Menyelaraskan”.
Pacing dapat dilakukan dengan cara matching dan mirroring.
Prinsip dalam Pacing, yaitu menyamakan/mencocokan baik verbal atau pun nonverbal.
Matching verbal, dapat dilakukan dengan mencocokan sistem representasi dan persepsi dari lawan bicara.
Contoh matching verbal:
“Saya tidak suka dengan tempat yang berisik”
Mencocokan dapat kita lakukan dengan “Saya juga tidak suka dengan suara-suara yang kencang”
Matching Non-verbal, dapat dilakukan dengan mencocokan gesture, intonasi, napas, kedipan mata, dan berbagai respon non-verbal yang muncul secara tidak sadar.
Contoh matching non-verbal:
Mencocokan posisi tubuh lawan bicara, jika lawan bicara anda sedang duduk, ada baiknya andapun mencocokan dengan kondisi yang sama. Jika sesorang berbicara dengan kecepatan bicara tertentu , kita dapat mencocokan dengan perlahan-lahan mengikuti kecepatannya.
Beberapa hal yang penting dalam rapport :
– Melakukan pacing sehalus mungkin sehingga lawan bicara tidak menyadari jika sedang dipacing.
– Tidak melakukan pendekatan-pendekatan yang aggresif, karena jika praktisi melakukan hal yang aggresif pada saat rapport belum terbentuk lawan bicara mungkin akan menutup diri.
– Menghargai persepsi dari Parallels 16 Key lawan bicara, karena setiap manusia memiliki kencenderungan menyukai orang / hal yang cocok dengan persepsinya.
– Ketika membangun rapport, praktisi dituntut agar peka (sensory acuity) terhadap perubahan apapun yang terjadi, baik itu perubahan macro muscle atau micro muscle.
Umumnya pacing dilakukan sekitar 2 s/d 5 menit, kemudian setela pacing adalah melakukan kalibrasi apakah lawan bicara sudah bisa dileading.
Kalibrasi dapat dilakukan dengan membawa orang tersebut pada state yang berbeda, dan kemudian kenali perbedaan tersebut. Perbedaan yang dicari umumnya adalah non-verbal, seperti pola-napas, intonasi, gestur, dsb.
Setelah mendapatkan kalibrasi yang sesuai, selanjutnya adalah melakukan test leading.
Ketika rapport sudah terbentuk, perlu disadari bahwa jembatan yang dibangun mungkin belum kokoh, sehingga untuk membuat jembatan informasi itu menjadi kokoh, praktisi harus menjaga kondisi rapport tersebut dengan membentuk suatu kepercayaan / TRUST .
Nah, ketika Trust sudah terbentuk, maka pikiran bawah sadarnya berada dalam kendali anda. Tinggal mengarahkan sesuai tujuan. Selamat mencoba.
(Joko Kurniawan)