Submodality Remapping
Dalam NLP kita mengenal yang namanya modality yang disebut dengan VAKOG (Visual – Auditory – Kinesthetic – Oldfactory – Gustatory). Semua informasi yang diterima otak manusia diterima melalui panca indera atau modality tersebut. Semua informasi yang masuk akan menciptakan Map dalam pikiran manusia dan itulah yang akan menjadi belief system di pikiran bawah sadar. Ini akan menentukan sejauh mana seseorang mampu memaknai semua informasi yang masuk dan pada akhirnya akan menjadi sikap dan perilakunya.
Semua informasi disimpan di pikiran bawah sadar manusia berupa modality (VAKOG), maka untuk merubah belief system diperlukan memanipulasi modality yang tersimpan. Inilah yang disebut dengan Submodality. Modalitasnya dimanipulasi sesuai kepentingan, diperbesar..diperkecil..diwarnai…dimaju – mundurkan… dibuat kabur..dll
Submodality “memang” dasar NLP yang penting sekali. Amat penting…! Luar Biasa Penting….! Sebab semua hal yang kita alami dan pikirkan, tersimpan rapi di tempatnya dalam map kita, tinggal kemampuan kita “mengintip” submodalitynya se-efektif mungkin…
Sebenarnya, di setiap practitoner class biasanya sudah diajarkan cara untuk mengubah belief system menggunakan submodality remapping. Caranya banyak, intinya nge-remap belief system negatif dengan sesuatu yang menggelikan. Agar belief system negatif yang tadinya kuat menjadi mengendur (loosen) dan malah dapat berubah menjadi menggelikan.
Misalkan, seseorang sangat yakin bahwa dirinya pasti orang yang gagal (ini contoh belief system negatif dan kuat). Kemudian belief system ini kita ubah menjadi sesuatu yang menggelikan, maka si orang tersebut akan menjadi geli bahwa dirinya gagal. Seseorang yang takut dengan pocong, maka dengan submodality kuta rubah pocongnya menjadi lucu. Dengan demikian belief system itu telah mengendur, bahkan bertransformasi menjadi sesuatu yang menggelikan dan tidak layak ditakutkan lagi…
Langkah melakukan submodality remapping :
- Gali dengan chunking submodality dari belief system negatif yang mau diubah.
- Siapkan manipulasi submodality dari belief tersebut yang dianggap menggelikan
- Lakukan remap
- Cek state emosinya apakah ada perubahan
- Selesai
Teknik di atas, di kelas practitioner harus diajarkan agar memberikan dasar batu pijakan NLP yang penting sekali. Agar para pembelajar memiliki dasar kuat untuk praktek berbagai teknik.
Selain itu, para practitioner harus menyadari bahwa Submodality dan Submodality remapping ini tidak hanya digunakan dalam setting yang formal (terapi, coach, treatment). Di mana kedua belah pihak (NLP-er dan Klien) menyadari situasi formal untuk perubahan. Karena pada kenyataannya teknik ini akan jauh berguna jika berada di luar setting terapi, treatment atau coach. Bukankah kita sering kali ingin mendorong perubahan pada seseorang/komunitas tanpa harus memasukkan orang itu dalam situasi / setting terapi formal? Inilah kekuatan NLP & Hypnosis sesungguhnya. Ini yang akan membuat kualitas diri kita sebagai practitioner diakui orang lain, meningkatkan performa diri, peningkatan karir yang pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan.
Lalu bagaimana caranya mengubah submodality atau belief system tanpa melalui langkah formal itu ?
Seorang praktisi NLP yang hobby berlatih submodality, akan dengan mudah menemukan dari pengalamannya bahwa setiap kata-kata ternyata memiliki submodality-nya sendiri di pikiran.
Misalnya: kata “memberi pendapat” dan “memberi saran” pasti memiliki submodality yang berbeda. Kata “kurang sependapat” dan “menambahkan pendapat” memiliki makna yang berbeda, kata “tidak setuju” dan “menyempurnakan usulan” tentu akan mendapat tempat yang berbeda di pikiran.
Nah, jadi sudah terjadi proses submodality remapping yang mengubah belief system orang mengenai perilaku kita yang menyampaikannya. Dari suatu belief system yang “berlawanan posisi” menjadi “kooperatif dan sepihak”, ingat…setiap orang suka yang sependapat dengannya.
Bayangkan jika dikatakan secara langsung di depan audiens, dengan intonasi yang tepat dan gesture yang pas…wow..Mereka akan terhipnotis anda !!!
Inilah penggunaan yang sebenarnya dari NLP dan Hypnosis dalam upaya peningkatan performa diri.
Dalam posisi saya sebagai seorang trainer, penempatan diri saya dengan menempelkan predikat ‘Guru’ akan menghasilkan submodality yang berbeda dengan ‘teman belajar’….coba anda rasakan. Itulah informal sub modality remapping.
Inilah yang saya pelajari dari Dr Richard Bandler and team, yang menganut “ideologi” bahwa NLP akan jauh lebih berguna apabila dikeluarkan dari setting teraputik yang formal ataupun setting formal lainnya. Dalam setting formal, kedua belah pihak menyadari sedang terjadi proses yang melibatkan intervensi keilmuan NLP & Hypnotherapy. Namun bayangkan jika ternyata dalam setting informal hal ini dapat dilakukan dan mempengaruhi orang lain memiliki map atau belief system yang positif pada kita…tentunya anda akan dinilai sangat positif olehnya, itulah performa yang sedang anda ciptakan.
Selamat berpraktek. 🙂 🙂