Cerita Dari Seorang Guru
Dia bernama Ifa, wanita pendiam, kutu buku dan namun cerdas. 10 Tahun yg lalu ketika aku terakhir bertemu dengannya di bangku SMA, dia adalah seorang yang pemalu dan tidak ada satupun guru dan teman-temannya memperhitungkan dia menjadi seseorang yang akan tampil dan berperan dalam sebuah kegiatan.
Setelah sekian waktu berlalu, aku menghadiri sebuah diklat di puncak mewakili sekolahku. Beberapa pembicara yg mengisi diklat selama 3 hari ini cukup membosankan, teknik public speaking yang dikuasai payah, peserta banyak mengantuk. Namun beda di hari ketiga, selepas jam istirahat makan siang, ketika menginjak materi Character Building, saya mendapatkan kejutan luar biasa. Pertama penyampaian materi dan gaya bicaranya sangat mengesankan, runtut, jelas, simpatik, menghidupkan suasana dan mudah dipahami peserta. Yang membuatku lebih terkejut adalah, pematerinya seorang wanita yang masih sangat muda dibanding kami para peserta dan dia sangat percaya diri meski para pesertanya jauh lebih senior dan dia seperti tidak asing, wajahnya masih cukup familier ya dia adalah muridku dulu si Ifa. Ifa yg dulu pemalu dan pendiam sekarang jadi luar biasa.
Selepas acara aku penasaran, kutemui secara khusus dan bertemulah kami berdua, rupanya ia masih mengenalku Ia menyampaikan salam hormatnya. Kami terlibat pembicaraan cukup panjang dan ku sempatkan bertanya, bagaimana ceritanya kamu bisa seperti ini, berprofesi sebagai pengajar, trainer sementara dulu kamu sangat pendiam dan pemalu. Dia menceritakan bagaimana perubahan hidupnya dia dapatkan, dan dari ceritanya ia memperoleh titik perubahan hidupnya bermula dari sebuah training yang diikutinya ketika ia masih mahasiswa yaiut training NLP (Neuro Linguistic Programming).
Dia menceritakan dalam training tersebut ia mendapat pertanyaan dari sang trainer
Siapa yang yakin dan percaya bahwa anda adalah seorang yang pemalu untuk tampil di depan umum dan tidak percaya diri ?
Dengan yakinnya ia mengacungkan tangan. Sang trainer berkata, “Bahkan anda yang mengacungkan tangan SANGAT PERCAYA DIRI UNTUK MENGAKUI BAHWA ANDA PEMALU & TIDAK PERCAYA DIRI”. Deg…perasaannya kena…betul juga…
Ia telah melabel dirinya pemalu dan tidak percaya diri, maka itulah yang terjadi. Semua kesempatan yang hadir di dalam hidupnya ketika membutuhkan ia tampil ia tolak dan kesampingkan, karena ia telah melabel dirinya
“ITU BUKAN SAYA BANGET, ITU UNTUK ORANG LAIN, BUKAN SAYA”
Apakah anda pemalu dan tidak percaya diri sejak lahir ? Apakah anda dilahirkan dengan sifat pemalu dan tidak percaya diri? Sama halnya seseorang yang mengatakan dirinya PEMARAH & EMOSIONAL sejak lahir dirinya Pemarah & Emosional? Tentu tidak…begitulah kata sang trainer.
Jadi, anda harus bisa membedakan antara “TIDAK BISA DAN TIDAK MAU”. Anda tidak bisa sabar karena anda tidak mau belajar sabar, bukan tidak bisa sabar, Anda tidak bisa ikhlas karena tidak mau belajar ikhlas, bukan tidak bisa ikhlas, Anda tidak percaya diri karena tidak mau belajar menjadi berani, bukan karena tidak bisa berani, Anda tidak bisa jualan karena anda tidak mau belajar jualan, bukan karena tidak bisa jualan dan seterusnya. Jadi sebenarnya Tuhan memberi kesempatan terbuka seluas-luasnya untuk berubah kepada setiap manusia seperti halnya Tuhan meminta kita menjadi orang yang sabar dan ikhlas, tidak mungkin Tuhan menyuruh hambaNya sabar dan ikhlas jika hal itu tidak bisa dicapai.
Itulah penjelasan sang trainer.
Dari cerita murid saya itulah saya ada di kelas NLP ini sekarang. Setelah saya browsing dan belajar dari beberapa artikel, teknik NLP ini sangat efektif membangun kualitas diri termasuk tingkat spiritual saya, teknik-tekniknya dapat dikembangkan untuk berbagai fungsi kehidupan, karir, mendidik anak, mengajar, membina keluarga, lebih khusuk dalam ibadah, dll. So..semangat belajar NLP.
(Cerita dari seorang kawan waktu di Kelas NLP)