Perspektif Perubahan
Kenapa judul ini saya angkat? Karena pada dasarnya setiap orang butuh “berubah”. Semua upaya yang dilakukan manusia pada akhirnya ingin mencapai perubahan. Perubahan ke arah kenikmatan atau kebahagiaan dan perubahan untuk menghindari sengsara atau penderitaan. Itulah yang ingin dituju oleh manusia dari semua aktivitasnya. Namun ada yang salah memaknai perubahan tsb. Banyak orang menaruh perspektif perubahan diletakkan pada “orang lain”, orang lain yang wajib berubah untuk memenuhi ekspektasi dirinya, memenuhi harapannya. Masih banyak orang mensyaratkan perubahan dengan meminta orang lain berubah terlebih dahulu. Itulah yang membuat orang sulit sekali bahagia. Karena ia meletakkan syarat bahagianya dengan “orang lain harus berubah sesuai keinginan saya”
Dari sekian banyak klien yang saya tangani, diantara mereka banyak yang membutuhkan bantuan bukan untuk dirinya, mereka ingin anaknya berubah, isterinya berubah, suaminya berubah, saudaranya berubah, dan seterusnya. Apakah hal ini tidak boleh? Tentu boleh, tapi perlu dipahami bahwa siapa yang memutuskan sebuah perubahan bagi dirinya? Ya dirinya sendiri. Wajar saja itu menjadi harapan, namun dalam menjalani hidup ini perspektif perubahan harus diawali dari diri sendiri. Sebelum kita membantu orang lain berubah, seyogyanya kita sendiri yang harus berubah terlebih dahulu. Bayangkan jika kita menjual produk tertentu tapi kita sendiri tidak pernah merasakan menjadi “pemakai” dari produk tsb, bagaimana kira-kira? Tentu orang tidak akan yakin dengan diri kita. Makanya sering saya katakan, lebih efektif menginspirasi orang lain dengan menunjukkan perubahan hidup kita lebih positif, sehingga orang lain mengikuti kita, ketimbang memotivasi dengan sejuta kata indah. avast secureline crack
Seorang karyawan menginginkan perubahan gaji naik dan jabatan naik, tapi dalam pola pikirnya yang tertanam di pikirannya hanyalah menuntut atasan atau bos nya untuk “memahami” dia. Sejauh pengalaman saya berkecimpung di dunia HR selama 18 tahun, kondisi kenaikan gaji dan kenaikan jabatan harus didapatkan melalui sebuah perubahan kompetensi, ada harga yang harus dibayar. Dan untuk merubah kompetensi baik hard competency maupun soft competency dibutuhkan belajar. Belajar, tunjukkan performa diri, atasan menilai kontribusi kita, maka gaji naik atau jabatan naik adalah sebuah konsekuensi logis. Andai itu tidak dilihat, maka perusahaan lain yang akan melihat Anda.
Seorang pengusaha juga demikian, belajar terus, ambil ilmunya, terapkan, evaluasi, belajar lagi, terapkan. Kalo usahanya berkembang itu adalah sebuah konsekuensi logis. Jangan terburu-buru menaruh perspektif atas perkembangan bisnisnya pada “support orang lain maksimal atau tidak”. Sehingga ketika bisnis Anda gagal, Anda punya alasan kuat untuk disalahkan.
Apa yang kita lakukan itu dan suatu ketika ternyata berhasil, orang lain akan terinspirasi. Sebagai contoh: Ketika kita ingin mengadakan pelatihan bagaimana memulai menjadi seorang pengusaha sukses. Kira-kira pembicara yang tepat siapa? Tentu orang yang sudah menjalaninya dan usahanya sampai saat ini masih terus ada dan berkembang. Itu pertanda apa yang dilakukan orang tsb menginpirasi banyak orang. Kembali lagi, perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Dan lebih efektif menginspirasi orang lain dengan menunjukkan perubahan diri kita lebih baik, ketimbang memotivasi dengan sejuta kata indah.
Ketika kita berharap perubahan pada perilaku anak kita, kenapa tidak kita coba untuk mengevaluasi diri terlebih dahulu untuk mengubah pola didik, gaya bicara, sikap dll yang dilihat secara langsung oleh anak. Jangan-jangan dia mempola atau memodel perilaku kita. Jangan terburu-buru men-cap anak dengan sebutan nakal, malas, bodoh, dan sejuta label lainnya sementara apa yang mereka lakukan sebenarnya terbentuk oleh pola perilaku kita juga yang di model mereka. Kita suruh anak kita sholat, jika tidak kita marahi. Namun anak tak melihat kita sholat. Jauh lebih mudah mengajak anak sholat bersama dan menasehati setelahnya. Anak kita suka teriak ketika marah, jangan-jangan memodel ketika kita marah juga demikian. Teruslah mengevaluasi diri. Berubahlah untuk menginspirasi orang lain ikit berubah lebih positif.
Diri kita memang tidak sempurna dan banyak kekurangan, namun Allah pasti memberi hal baik yang apabila itu terus kita tebarkan, akan membawa perubahan positif dalam hidup kita dan menginpirasi orang lain. Memberi teladan adalah motivasi terkuat, inspirasi terhebat. Bahkan ketika kita sudah meninggal pun akan senantiasa terkenang dan tetap dapat menginspirasi orang lain. Banyak orang akan terhipnotis dengan sebuah keteladanan, itulah sugesti terkuat.
Teruslah menjadi pribadi pembelajar. Investasikan sebagian waktu, tenaga dan biaya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kita. Kemudian berkiprahlah pada dunia, biarkan mereka melihat apa yang telah Anda hasilkan untuk hidup Anda, untuk orang-orang yang Anda cintai, untuk masyarakat, untuk bangsa dan semua umat manusia ini. Merenunglah dengan sepenuh kekuatan hati dan jawablah pertanyaan ini pada diri Anda, “Setelah aku tiada, apa yang akan dikenang dariku oleh umat manusia?”
Semoga bermanfaat. Salam Sukses-Bahagia-Aamiin()
Jika para sahabat berkeinginan mengembangkan kompetensi dan penambahan ilmu-ilmu pemberdayaan diri untuk kehidupan lebih berkualitas, dapat memanfaatkan kelas-kelas pelatihan kami jadwal lihat di sini.
Materi ini telah disampaikan pada kuliah online group Whatsapp tgl 4 Juni 2017. Jika Anda berminat belajar NLP & Hypnosis ikuti kelas online dengan fasilitator dari team trainer Indonesia Life InstituteTM yang sudah bersertifikasi. GRATIS silahkan gabung di sini.